Kisah Seorang Yahudi yang Merindukan Rasullullah SAW (Bagian 3)




Ali bin Abi Thalib berkata, “Rasulullah SAW itu tidak tinggi dan tidak pendek, kepalanya bulat, dahinya lebar, kedua matanya tajam, kedua alisnya tebal. Bila beliau tertawa, keluar cahaya dari sela-sela giginya, dadanya berbulu, telapak tangannya berisi, telapak kakinya cekung, lebar langlahnua, dan di antara fua belikat beliau ada tanda khatamun nubuwwah.”

“Engkau benar, wahai Ali,” kata lelaki Yahudi tersebut, “seperti itulah ciri-ciri Nabi Muhammad yang disebutkan dalam kita Taurat.”
“Apakah masih ada sisa baju beliau sehingga aku bisa menciumnya?”
“Masih ada!” kata Ali, kemudian ia meminta tolong kepada Salman untuk mengambil jubah Rasulullah SAW yang disimpan Fathimah Az-Zahra, putri kesayangan Nabi SAW.

Salman segera bangkit menuju tempat kediaman Fathimah. Di depan pintu rumahnya, ia mendengar tangisan Hasan dan Husain, cucu kecintaan Rasulullah SAW. Sambil mengetuk pintu.
Salman berkata, “wahai tempat kebanggan para nabi, wahai tempat hiasan para wali!”

“Siapakah yang mengetuk pintu orang yatim?!” Fathimah menyahut dari dalam rumah. “Saya, Salman....” Kata Salman, kemudia ia mebyebutkan maksud kedatangannya sesuai yang dipesankan oleh Ali.
“Siapakah yang akan memakai jubah ayahku?” kata Fathimah sambil menangis. Salman menceritakan peristiwa berkaitan dengan lelaki Yahudi tersebut, lalu Fathimah mengeluarkan jubah Rasulullah SAW, yang terdapat tujuh tambalan dengan tali serat kurma, dan menyerahkannya kepasa Salman, yang langsung membawanya ke masjid.
Setelah menerima jubah tersebut dari Salman, Ali menciumnya diiringi haru dan tangis, hingga sembab matanya. Jubah Rasulullah SAW tersebut beredar dari satu sahabat ke sahabat lainnya yang hadir, mereka menciumnya dan banyak yang menangis karena haru dan rindu kepada Nabi SAW, dan terakhir jatuh ke tangan lelaki Yahusi tersebut.

Lelaki Yahudi ini mencium dan mendekap erat jubah Nabi SAW dan berkata, “Betapa harumnya jubah ini!!!” dengan tetap mendekap jubah tersebut, lelaki Yahudi ini mendekat ke makam Rasulullah SAW, kemudian menengadahkan kepalanya ke langit dan berkata, “Wahai Tuhanki, saya bersaksi  bahw Engkau adalah Dzat Yang Esa, Tunggal dan Tempat Bergantung (Ash-Shomad). Dan saya bersaksi bahwa orang yang berada di kubur ini adalah Rasul-Mu dan kekasih-Mu. Saya membenarkan segala apa yang ia ajarkan! Wahai Allah, jika Engkau menerima keislamanku, maka cabutlah nyawaku sekarang juga!!!”
Tak lama kemudian lelaki Yahudi tersebut terkulai jatuh dan meninggal dunia. Ali dan para sahabat lainnya ikut terharu dan sedih melihat keadaan si Yahudi tersebut. Mereka segera memandikan dan mengurus jenazah lelaki Yahudi, yang telah menjadi muslom tersebut, dan memakamkannya di Baqi'.

Lelaki Yahudi ini bukanlah termasuk sahabat Nabi SAW, bahkan dalam keislamannya tersebut belum satupun shalat atau kefardhuan lain yang dilakukannya, tetapi kecintaan dan kerinduannya kepada Nabi SAW membuatnya pantas kalau ia dimakamkan di Baqi' disandingkan dengan para sahabat beliau lainnya.

Comments